Minggu lalu sempat jalan-jalan ke Jimbaran, sebuah tempat di kaki gunung Ungaran yang tak jauh dari Artomorokoi Ungaran dan Rawa Pening, di tempat ini banyak yang membudidayakan ikan air tawar untuk dikonsumsi baik dijual dalam bentuk ikan segar maupun ikan bakar yang banyak terdapat di tempat ini. 



Hujan yang turun saat musim kemarau akhirnya membawa musibah bagi beberapa teman yang memelihara ikan air tawar dalam kolam seperti di Bandungan dan Jimbaran, kabupaten Semarang. Beberapa ikan dewasa terlihat stress bahkan ada yang mengambang dengan posisi terbalik. Usut punya usut ternyata hujan deras kemarin malam melarutkan kapur tohor atau gamping yang ada dekat kolam hingga mengalir kedalam kolam dan berakibat pada air kolam menjadi sangat basa.

Menurut beberapa teman yang sudah lama membudidayakan ikan air tawar termasuk ikan hias, ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengingat sifak fisik dan kimia pada air, hal-hal tersebut antara lain:
  1. Suhu; Ikan akan mengalami kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Secara umum, suhu yang optimal untuk pembudidayaan ikan hias adalah 25 – 32 oC, perubahan suhu yang mendadak sebesar 5oC dapat menyebabkan ikan stres.
  2. Oksigen terlarut; kandungan oksigen terlarut dalam air atau DO (Dissolved Oksigen) harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan malas untuk makan dan pertumbuhannya akan terganggu. 
  3. Keasaman (pH) atau kebasaan (pOH) ; Tingkat keasaaman yang baik untuk budidaya ikan adalah 5,5 – 9,0. pH yang tidak optimal berakibat buruk pada ikan yang menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit sehingga produktivitas dan pertumbuhan rendah. 
  4. Nitrogen ; Total nitrogen yang utama dalam bentuk amonia yang di hasilkan oleh metabolisme ikan dan ekskresi insang sebagai gas amoniak. Amoniak dapat juga diproduksi dari dekomposisi kotoran organik yang dihasilkan oleh pembusukan bahan organik dari sisa pakan. Amoniak dalam air mempunyai 2 bentuk gas yaitu NH3 atau ion amonium NH4+. Ammonia adalah racun bagi hewan dan dapat menyebabkan iritasi pada insang dan masalah respirasi. Amonia merupakan zat buang terlarut hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun dari sisa pakan. Sisa pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat. Secara kimia, amonia terdiri dari dua bentuk yaitu amonia tidak terionisasi (unionzided ammonia UIA/NH3) dan amonia terionisasi (ionized ammonia IA/NH4+). Bila kadar UIA dalam air tinggi maka ikan bisa mabuk bahkan keracunan. Nitrit (NO2) merupakan gas beracun bagi ikan. Nitrit merupakan hasil perombakan protein yang merupakan ikutan dari amonia. Pada air kotor karena populasi ikan terlalu padata biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi. Kandungan amonia dan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan denga cara penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen. Reaksi amonia dan nitrit dengan oksigen umumnya terjadi karena dibantu oleh bakteri Nitrosomonas sp. Sehingga menjadi bentuk nitrat (NO3) yang tidak beracun. Bakteri Nitrosomonas sp. Akan berkembang sendiri dan berkumpul dan berkoloni pada dinding bak atau akuarium apabila telah lama digunakan.
Uhm, sepertinya aerasi dan filter baik yang mekanis maupun chemis sangat berguna untuk nitrifikasi.

Kepadatan ikan, debit air dan sirkulasi yang baik akan mempercepat pertumbuhan ikan.


Tulisan terkait


#budidayaairtawar
#ikanairtawarsemarang



1 komentar:

    On 7/08/2009 10:46 AM aFFAN mengatakan...

    Makasih atas sarannya.....

     

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar